STUDI KASUS PIT STOP PADA FORMULA 1
TINJAUAN LEAN
TOYOTA PRODUCTION SYSTEM
Ajang adu cepat jet darat menjadi salah satu ajang perlombaan bergengsi di muka bumi. Rangkaian Grandprix Formula 1 atau sering disingkat F1 menjadi tontonan yang ditunggu para penggemarnya. Peran pit stop menunjang keberhasilan team menjuarai ajang ini. Mobil Formula 1 memerlukan pit stop untuk strategi memenangkan kejuaraan. Performance mobil balap selama pertandingan mengalami penurunan, menaikkan performance mobil adalah salah satu tujuan mobil masuk pit stop. Strategi masuk pit stop memerankan factor penting di sini. Waktu yang diperlukan mobil berhenti dan jalan lagi dalam pit stop adalah tolok ukur dari pit stop. Evaluasi waktu terjadi dari tahun 1950 an sampai saat ini.
Artikel ini akan meninjau dan mengkaji evolusi waktu pit stop dari sudut pandang Lean.
Pit Stop F1 dianalogikan dengan sebuah proses, dimana mobil bisa disamakan sebagai sebuah proses atau mesin dan waktu pit stop adalah KPI (Key Performance Indicator) nya.
Saat pit stop tahun 1950 terlihat banyak waste yang mudah dikenali dari sudut pandang Lean.
Proses mencari cari tool masih terlihat dengan jelas.
Konsep menghilangkan waste menunggu (waiting), waste transportation (jalan,membawa benda / barang tanpa ada added value) , proses kerja yang tidak balance (seimbang) , ergonomis melakukan proses banyak diterapkan.
Standardisasi yang pada TPS (Toyota Production System) menjadi pondasi dasar TPS House terlihat pada pit stop F1. Standardisasi bisa dilihat saat melakukan pergantian roda / ban dimana dengan berjalannya waktu ke empat roda pada mobil bisa dilakukan dengan seragam bersamaan. Saat awal proses pergantian dilakukan sebagai proses serial berurutan. Menggunakan konsep SMED (Single Minute Exchange for Dies) dimana menyamakan mobil sebagai sebuah mesin yang sewajarnya tetap jalan beroperasi dan menghindari berhenti, proses pergantian 4 roda adalah similar dan bisa dilakukan secara parallel.
Pada peristiwa ini juga secara tidak sadar terjadi Yoko Tenkai, menjadikan proses tercepat sebagai benchmark dan yang lain belajar meniru dan memodifikasikan sehingga sesuai dengan kondisi yang ada dengan membuat standard yang menjamin terjadinya proses kerja yang stabil.
Proses membuat kegiatan internal menjadi eksternal yang ditemui pada konsep SMED terjadi pada saat memindahkan roda saat pergantian roda, berjalannya waktu proses pemindahan ini menjadi halus dan lancar sehingga tidak membuat proses internal tersendat apalagi berhenti.
Improvement untuk proses internal juga bisa dilihat dengan contoh:
-Adanya penerapan fixed position untuk mobil dengan membuat marka batas / garis sehingga pit stop menjadi menyerupai area pos tempat kerja
-Mengubah alat bantu yang sebelumnya mengganggu atau menghambat kerja seperti hose yang ada di posisi bawah mengubahnya menjadi berada di atas sehingga pergerakan pekerjaan tidak terganggu
-Membuat pergerakan orang tidak saling berbenturan / jalur Gerakan orang tidak bersilangan
-Menghilangkan Gerakan jalan
Kaizen bisa dilihat dari evolusi seiring waktu. Dari waktu berkisar puluhan detik sampai tercipta rekor dunia 1,8 detik.
Artikel lengkap bisa dilihat pada
https://youtu.be/tNB-vyJIlKk atau
Kiranya memberikan manfaat
Djuned Wikanto
Video pit stop F1 bisa dilihat pada

Komentar
Posting Komentar